Diagnosis Aritmia
Diagnosis Aritmia
Posted on 2021-04-07 17:24:08 by Admin Dokter Jantung

Dalam mengelola aritmia, seorang dokter harus mengevaluasi dan mengobati pasien secara keseluruhan, bukan hanya gangguan iramanya saja. Beberapa aritmia berbahaya bagi pasien, terlepas dari kondisi klinis (misalnya, fibrilasi ventrikel [VF]), sedangkan pada kondisi lain berbahaya karena kondisi klinisnya (misalnya, dilakukan dengan fibrilasi atrium [AF] cepat pada pasien dengan stenosis arteri koroner yang parah ). Beberapa kelainan irama, seperti kompleks ventrikel prematur (PVC), mungkin mempunyai gejala yang sangat berat tetapi tidak menimbulkan kondisi yang merugikan, sedangkan beberapa pasien dengan AF tidak memiliki gejala sama sekali tapi sangat mungkin berisiko untuk stroke. Evaluasi pasien dimulai dengan anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik dan biasanya dimulai dari pemeriksaan yang paling sederhana hingga pemeriksaan yang paling kompleks, dari pemeriksaan yang paling invasif dan paling aman hingga pemeriksaan yang paling invasif dan berisiko, dan dari pemeriksaan yang paling tidak mahal hingga pemeriksaan untuk orang-orang yang memerlukan rawat inap dan prosedur canggih, mahal, dan berpotensi risiko. Pada kondisi tertentu, dokter mungkin ingin melanjutkan langsung pemeriksaan ke prosedur yang mahal dan memiliki resiko, seperti studi elektrofisiologi (EPS), sebelum memperoleh rekaman elektrokardiografi 24 jam. Dalam kebanyakan kasus, pengelolaan aritmia memiliki dua  tujuan yaitu: evaluasi dan pengobatan ditujukan bukan hanya untuk mengatasi gejala-gejala pasien, tetapi juga mengetahui risiko yang aritmia yang dapat ditimbulkannya pada pasien.

ANAMNESIS

Pasien dengan gangguan pada irama jantung dapat memiliki berbagai keluhan, tetapi gejala seperti jantung berdebar, sinkop, presinkop, atau dyspnea sering menyebabkan mereka untuk mencari bantuan seorang dokter. Kesadaran mereka dalam merasakan palpitasi dengan irama jantung teratur atau tidak teratur sangat bervariasi. Beberapa pasien merasakan sedikit variasi pada irama jantung mereka dengan akurasi rendah, sedangkan beberapa pasien yang lain tidak menyadari bila terjadi episode ventrikel takikardia (VT); pasien yang lain mengeluh jantung berdebar ketika mereka benar-benar memiliki irama sinus yang reguler.

Dalam menilai pasien dengan aritmia atau diduga mempunyai aritmia, terdapat beberapa  informasi harus diperoleh sehingga  dapat membantu menentukan diagnosis atau memandu dalam memilih pemeriksaan  diagnostik lebih lanjut. Onset dari aritmia dapat memberikan petunjuk tentang jenis aritmia atau pilihan pengobatan. Misalnya, palpitasi yang terjadi ketika sedang olahraga, ketakutan, atau marah sering disebabkan oleh catecholamine-sensitive automatic atau triggered tachycardias yang dapat respon terhadap terapi penghambat adrenergik (lihat bab 35). Palpitasi yang terjadi pada saat istirahat atau bangun disebabkan oleh inisiasi vagal, seperti AF. Rasa melayang atau sinkop yang terjadi ketika menggunakan baju dengan kerah ketat dan pas, mencukur leher, atau memutar kepala disebabkan karena hipersensitivitas sinus karotis. Dengan diketahui adanya suatu hal yang memicu timbulnya aritmia maka hal tersebut dapat membantu menegakkan adanya kelainan saluran ion bawaan (lihat bab 32). Hal yang dapat mengakhiri palpitasi juga dapat membantu mengetahui penyebab aritmia: palpitasi yang dapat diakhiri dengan menahan napas atau Valsava atau manuver vagal mungkin melibatkan atrioventrikular (AV) node sebagai bagian integral dari sirkuit takikardia; pada lain hal, takikardia fokal  atrium  atau TV juga dapat dihentikan dengan manuver vagal. Pasien harus ditanya tentang frekuensi dan durasi episode palpitasi dan keparahan gejala. Pada beberapa wanita episode palpitasi mereka bervariasi sesuai dengan siklus menstruasi. Hal-hal tersebut ini dapat memberikan panduan bagaimana dokter dapat dengan cepat dan agresif melakukan tindakan diagnostik atau terapeutik (pasien dengan keluhan hampir sinkop atau sesak berat setiap hari memerlukan evaluasi yang lebih cepat dibandingkan pasien dengan keluhan palpitasi ringan dan jarang). Pasien kadang-kadang dapat melaporkan detak jantung mereka selama episode (baik cepat atau lambat, teratur atau tidak teratur) dengan cara menghitung denyut nadi secara langsung atau dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah otomatis atau menggunakan monitor denyut jantung atau aplikasi telepon genggam. Karakteristik onset dan frekuensi palpitasi dapat digunakan untuk memilih tes diagnostik.

Anamnesis mengenai obat dan makanan juga harus dicari dengan baik; beberapa
dekongestan nasal dapat memprovokasi terjadinya episode takikardia, sedangkan obat tetes mata penghambat beta-adrenergik untuk pengobatan glaukoma dapat mengalir ke saluran air mata, diserap secara sistemik sehingga dapat mempresipitasi sinkop sekunder karena bradikardia. Suplemen makanan, terutama yang mengandung stimulan seperti efedrin, dapat menyebabkan aritmia. Ada beberapa obat yang dapat secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi repolarisasi ventrikel dan menyebabkan long-QT  takiaritmia. Pasien sebaiknya ditanyakan apakah mempunyai penyakit sistemik yang mungkin terkait dengan aritmia, seperti penyakit paru obstruktif kronik, tirotoksikosis, perikarditis dan gagal jantung kronik, , serta cedera dada sebelumnya, operasi, atau terapi radiasi atau kemoterapi. Sebuah riwayat keluarga dengan gangguan irama sering hadir pada mereka dengan sindroma long QT, AF atau sindrom aritmia diwariskan lainnya seperti hypertrophic cardiomyopathy.

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan selama episode aritmia dapat menjelaskan apa yang terjadi pada pasien. Denyut jantung dan tekanan darah harus dievaluasi. Penilaian tekanan dan gelombang pada vena jugularis  dapat menjelaskan mengenai  osilasi cepat pada atrial flutter atau gelombang A yang seperti meriam menunjukkan kontraksi atrium kanan terhadap katup trikuspid yang tertutup pada pasien dengan  AV disosiasi seperti pada total AV blok  atau VT. Variasi intensitas bunyi jantung pertama dan tekanan darah sistolik memiliki implikasi yang sama.

Manuver fisik selama takikardia dapat memiliki nilai diagnostik dan terapeutik. Sebagai contoh, manuver Valsava (serta pemijatan sinus karotis) menyebabkan peningkatan sementara tonus vagal; takiaritmia yang bergantung pada nodus AV dapat dihentikan atau diperlambat dengan manuver ini, tetapi mungkin juga tidak ada perubahan. Meskipun fokus pada atrium dan VT sesekali dapat berhenti dengan rangsangan vagal, sinus takikardia juga dapat melambat sedikit tetapi akan kembali seperti semula dengan segera; respon ventrikel menurun selama terjadi atrial flutter,  atrial fibrilasi  dan juga atrial takikardia. Selama terjadi takikardia dengan QRS lebar  dengan  hubungan 1: 1 antara gelombang P dan kompleks QRS, pengaruh vagal dapat menghentikan atau memperlambat takikardia supraventricular (SVT) yang tergantung pada node AV; di sisi lain, efek vagal pada nodus AV adalah menghambat konduksi retrograde sementara sehingga dapat terlihat gambaran VT dengan menunjukkan adanya disosiasi AV. Karena efek dari salah satu dari manuver fisik ini biasanya berlangsung hanya beberapa detik maka dokter harus siap untuk mengamati atau merekam perubahan ritme pada elektrokardiogram (EKG) saat manuver dilakukan.

Pemijatan karotis dilakukan dengan posisi pasien terlentang. Auskultasi dilakukan  untuk mendengar bruit karotis dan auskultasi harus selalu dilakukan terlebih dahulu sebelum pemijatan karotis (karena pada pemijatan karotis sering terjadi emboli). Daerah sinus karotis terletak pada percabangan arteri,  diraba dengan dua jari mulai dari sudut rahang sampai teraba denyut nadi. Tekanan minimal pada karotis dapat menyebabkan respon hipersensitif pada beberapa individu tertentu. Jika tidak terdapat efek pada awal pemijatan maka lakukanlah gerakan memutar jari dari  satu sisi ke sisi lainnya atau memutar jari-jari pada karotis selama 5 detik. Sebuah respon negatif adalah tidak adanya perubahan pada EKG setelah 5 detik dari tekanan yang cukup untuk menyebabkan ketidaknyamanan ringan pada pasien. Karena respon pemijatan karotis mungkin menunjukkan hasil yang berbeda pada dua sisi, maka manuver dapat diulang pada sisi yang berlawanan. Namun, kedua sisi karotis  tidak boleh dirangsang secara bersamaan.

Hasil dari pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya suatu kelainan jantung struktural, walaupun tidak ditemukan adanya episode aritmia. Misalnya, apeks yang bergerser ke lateral atau diskinesia apikal, sebuah murmu regurgitasi atau murmur stenosis, atau suara jantung ketiga pada orang dewasa yang lebih tua dapat menunjukkan adanya kerusakan miokard signifikan atau disfungsi katup.

 

Penyakit Jantung dan pembuluh darah

 

 

Bagikan: